Ketika masih mengejar universitas dan jurusan impian, bilangnya pejuang universitas inilah calon mahasiswa jurusan itulah. Kok pas udah keterima, dapet pelajaran susah dikit langsung upload story “Tidak sesuai ekspektasi, salah jurusan, info pindah jurusan”. Situ kenapa sambat, kan dah dapet apa yang di kepenginin. Katanya tadi pejuang univ sama jurusan. Di pleter pelajaran susah dikit kok melempem tekad pejuangnya. Kemana tuh api semangat yang pernah membara sejadi-jadinya.
Pertanyaanya “Kok bisa ya sampai salah jurusan? Emang pas daftar mikirin apa si?”
Dari beberapa teman yang saya tanyai, ternyata memang banyak alasan yang mendasari. Jadi sebetulnya apa saja sih yang membuat seseorang merasa bahwa dirinya salah jurusan?.
Jurusan via google
Calon Mahasiswa seperti ini tidak begitu niat kuliah. Biasanya, hasrat ingin duduk di bangku perkuliahan baru muncul di akhir masa sekolah. Tidak tahu ingin kuliah dimana, ngambil jurusan apa, hanya bermodalkan google dengan memasukkan keyword “jurusan keren dengan prospek kerja menjanjikan”, menjadi alasan mengapa calon mahasiswa memilih jurusan tersebut. Mengisi formulir pendaftaran online, sambil mencari nama jurusan yang tadi di sebutkan google, langsung checklist, tunggu pengumuman.
Setelah dinyatakan diterima dan mulai kuliah. Baru sadar, kok gini matkulnya ?, katanya prospek kerja menjanjikan, kok malah susah pelajaranya. Sambil memfoto/screenshot pelajaran untuk di upload si story dengan caption “Tidak sesuai ekspektasi, bismillah aku anak kuat pasti bisa melewati situasi sulit ini”. Dan sialnya, setelah teman saya sambat panjang lebar, dia bertanya “Eh, nanti bisa jadi PNS ngak sih?” sambil menahan emosional, saya menjawab “bisa”.
Disuruh orang tua
Memang benar, orang tua ingin anaknya menjadi orang sukses. Namun, tak sedikit orang tua yang usil mengatur keinginan si anak. Pengen anaknya sukses dengan cara mereka, di iringi slogan demi kebaikan anak, tapi malah terkadang membuat tersiksa. Temasuk dalam memilih jurusan kuliah. Biasanya orang tua akan memilihkan jurusan yang menurut mereka prospektif di masa sekarang, atau jurusan yang orang tua inginkan di masa mudanya namun tak kesampaian. Dengan harapan mudah mencari pekerjaan atau mewujudkan mimpi orang tua yang terpendam. Tak memikirkan potensi minat dan bakat anak, hingga menyesal kemudian.
Biasanya mereka yang kuliah karena paksaan orang tua pikirannya ruwet, jarang masuk kuliah, sering sambat lewat story.
Ikut Temen
Tipe orang kayak gini biasanya takut, nanti kalau di kuliah ngak punya temen. Karena terlalu setia kawan sama temen sekolah, sehidup semati. Ngak peduli mau jadi apa nanti saat lulus kuliah, hanya mengandalkan teman yang dianggap selalu memikirkanya akan membantunya. Dia maunya ngikut temennya, mau di universitas dan jurusan manapun.
Sebenarnya boleh kalau ngikutin temen untuk kuliah di universitas dan jurusan yang sama kalau potensi dan minatnya samaan. Kalau berbeda dan dia udah sibuk sama urusan sendiri, kan pusing ngak tuh. Intinya harus punya pondasi sendiri, jangan teralalu nempel sama temen kalau masalah milih universitas dan jurusan, biar ngak sambat salah jurusan.
Cari Jodoh
Ada yang bilang kalau mahasiswa fakultas tertentu ceweknya cantik-cantik, laki-lakinya tampan-tampan kayak anggota BTS. Apalagi kalau satu fakultas, atau bahkan satu jurusan sama kekasihnya. Tipe yang kayak gini yang paling istiqamah saat kuliah. Nggak peduli jurusan emang nggak cocok, dia akan tetap kuliah.
Apalagi dapat orang jauh, jadi kan lebih fresh, bisa ganti pemandangan. Dari lahir, besar, tua di situ-situ aja kan bosen jadinya. Tapi, jangan terlena dengan hal itu salah jurusan tetap memberi efek cukup menjengkelkan. Jangan hanya karena perempuan yang bisa dijadikan buat pamer di story, kita lupa dengan orang tua yang harus dibahagiakan.
Salah sangka
Nah, tipe ini mengangap kuliah penting, tapi tidak sadar kalau memilih jurusan yang sesuai juga tidak kalah penting. Terkadang karena meleset dari perhitungan saat mendaftar atau pindah jurusan karena ngak keterima. Dikira meleset sedikit, malah taunya bener-bener di luar harapan.
Ada yang pengin kuliah di fisika, eh karena ragu peminatnya banyak atau pernah ditolak. Akhinya ngambilnya jurusan filsafat. Dari fakultasnya nya aja udah beda, kok ya masih ngotot pas lagi daftar. Mentang-mentang ada tulisan “filsafat” disangka akan ada hubunganya dengan fisika karena banyak mikir dan ada filsafat fisikanya.
Ada sih kisah-kisah orang sukses karena salah milih jurusan, eh ternyata malah cocok pas kuliah terus di lanjutin kuliah sampai selesai. Tapi ya kebanyakan pada stress dan depresi karena jurusan yang diambil ngak sesuai sama yang di kepinginin. Dan IPK nya bergantung temen.
Sebetulnya masih banyak penyebab kelakuan mahasiswa baru bisa salah jurusan. Salah jurusan memang menjengkelkan, dan bikin repot. Tapi coba aja dinikmati dulu, lumayan bisa dibuat story di WhatsApp atau Instagram.
Penulis : M. Naufal Muhadzib Al-Faruq