Dampak Perubahan Psikologis Anak Saat Sekolah Tatap Muka

Pembelajaran tatap muka belakangan ini sudah mulai digelar di seluruh sekolah baik TK, SD, SMP, SMA, bahkan Kuliah. Pada April 2021 lalu beberapa sekolah sudah melakukan percobaan sekolah tatap muka. Dan saat ini juga sekolah masih menerapkan sistem hybrid (luring dan daring), sambil menunggu siswa dan para guru mendapatkaan vaksin Covid-19 dari permerintah.

Lalu, apakah ada dampak perubahan psikologis pada anak dengan diadakan sekolah tatap muka ini? Mengingat sudah 1 tahun lebih bahkan hampir 2 tahun anak-anak belajar dan ujian dari rumah secara daring.

Seorang fresh graduate Bimbingan dan Konseling UPI Bandung Fatimah Afifatuthohiroh, S.Pd. membenarkan ada perubahan psikologis anak dalam melakukan sekolah tatap muka ini. Fatimah Afifatuthohiroh atau yang biasa dikenal Fatimah ini menyebutkan bahwa memang ada perubahan atau dampak secara psikologis anak saat kegiatan belajar mengajar tatap muka kembali digelar

Fatimah menyebutkan bahwa di masa pandemi ini, kita pasti memiliki dampak baik dan dampak buruknya khusunya bagi pelajar. Dampak baiknya adalah kita lebih melek teknologi, berhubung selama pandemi ini kita belajar melalui daring dalam artian menggunakan sarana teknologi yang ada, yaa mau gak mau kita harus bergelut dengan teknologi. Adapun dampak buruknya adalah pelajar pada umunya mengalami kejenuhan, karena kondisi yang mana kita harus di rumah saja dan dalam lingkungan sosial pun kita juga dibatasi.

Disamping itu, fatimah juga menyebutkan bahwa kondisi psikologis yang pelajar alami saat diberlakukan sekolah tatap muka yaitu: Pertama, “akademic shock” adanya keterkejutan akademi. Karena mungkin di masa pandemi pelajar sudah nyaman pada kondisi belajar yang dilakukan secara daring. Terus kemudian diberlakukan seperti sedia kala lagi atau kembali ke awal lagi yaitu tatap muka. Padahal kondisi yang seharusnya normal, malah menjadi tidak normal karena diberlakukan sekolah tatap muka pasca pandemi. Kedua, “lebih tertutup” karena dampak pandemi yang mana pelajar dibatasi dalam bersosial. Jadi, pelajar kebanyakan lebih tertutup dalam bersosial, dan begitu sebaliknya akan lebih lancar dan tidak tertutup dalam bermedia sosial.

Adapun pesan dari Fatimah, bahwa disini tenaga pendidik harus lebih berkreasi dan berinovasi dalam menciptakan suasana kelas yang mendukung untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Dan bagi pelajar harus lebih perbanyak lagi dukungan atau inovasi, baik dari internal ataupun eksternal contohnya dari diri sendiri ataupun dari teman, orang tua, bahkan keluarga jelas Fatimah.

Penulis: Ryky Dian Pratama

Share this post!

adminypmialfirdaus

adminypmialfirdaus

Leave a Reply