25/10) Kendal, kegiatan rutin Naharul Ijtima’ digelar Rabithah Ma’ahid Islamiyyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah. Bertempat di komplek pondok pesantren salaf APIK Kauman Kaliwungu mengangkat tema “Penguatan Ideologi Aswaja Melalui Madin NU”. Kaderisasi aswaja dimulai dari madrasah diniyah sebagai gerbang masuk pondok pesantren.
KH. Abdul Ghoffar Rozin, M. Ed menyatakan bahwa pesantren harus mandiri dalam tradisi, politik dan ekonomi. Tentu dalam hal keilmuan sudah tak usah diragukan lagi kapasitas alumni pesantren. Sekarang ini sedang berkhidmah menjadi ketua Majelis Masyayikh.
“Melayani pesantren-pesantren NU. Semoga ke depan alumni pesantren tambah baik, pesantrennya juga tambah bagus serta semuanya tambah baik,” papar Gus Rozin sapaan akrab beliau.
Madin ini didirikan dan diinisiasi masyarakat. Alumni madin disiapkan untuk masuk ke jenjang selanjutnya yaitu pesantren. RMI PWNU Jateng telah menyosialisasikan Pedoman Madin NU dan Buku Aswaja untuk tingkat ula/awwaliyyah dalam 4 jilid. Untuk jenjang 6 tahun dimulai kelas 3 sedangkan untuk jenjang 4 tahun mulai kelas 1. Sebanyak 36 cabang sudah memahami arah gerak untuk bersama-sama memajukan pendidikan diniyah ini. Buku ini memiliki pendekatan fikrah, amaliah, dan harakah yang telah disesuaikan dengan perkembangan zaman.
KH. Miftahul Akhyar menyebut ahlus sunnah wal jama’ah ini memang untuk dunia. Ajaran yang fleksibel terhadap perkembangan masa. Sehingga dimasa mendatang mampu melahirkan pemimpin dunia.
“PBNU sedang memfokuskan pada kiprah NU di mata dunia. Untuk menyongsong masa depan. Maka pesantren dan Madrasah Diniyah jangan sampai ketinggalan,” tegas Rais Amm PBNU.
Tradisi dan ideologi aswaja harus tertanam sejak dini. Ini dimulai dengan kemampuan menulis arab pegon dan membaca kitab kuning mulai ditumbuhkan sejak masuk bangku Madin.
Ketua RMI PWNU kali ini menghadirkan rois syuriyah, ketua tanfidziyah, ketua RMI PCNU dan koordinator bidang Madin serta guru madin sekitar Kendal untuk bersama-sama menguatkan persepsi agar memiliki perspektif sama dalam pengelolaan Madin NU.
Prof. Dr. Abdul Ghafur, M. Ag selaku Direktur Pendidikan Diniyah Pondok Pesantren Kemenag menyampaikan NU harus terus menguatkan tradisi keilmuan dan teknologi. Karena kedua hal ini sekarang sudah menjadi dhoruriyyat (primer). Kalau pendidiakan dasar yaitu Madin sudah kuat maka perlu dilanjutkan ke jenjang berikutnya bisa ke Pendidikan Diniyah Formal hingga ke Ma’had Aly.
Kegiatan ini ditutup doa oleh KH. Ubaidullah Shodaqoh. [*]