Peringatan Nuzulul Qur’an, KH. Ali Munir Tekankan Perlunya Menjaga Jiwa Santri di Luar Pesantren

Semarang, ypmialfirdaus.com – Dalam rangka memperingati Nuzulul Qur’an, Pondok pesantren YPMI Al-Firdaus mengadakan acara pengajian di gazebo utama Ponpes Al Firdaus pada Jumat, (30/03/2024).

Hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua Yayasan YPMI Prof. Dr. H Musahadi M, Ag, Pengasuh ponpes YPMI Al Firdaus KH. Ahmad Ali Munir, Sugeng Abdul Wahid, M, Psi dan Drs. KH. Satriyan Abdurrahman, M.H selaku jajaran pengurus yayasan.

Pada acara tersebut, pengasuh Ponpes YPMI Al-Firdaus, KH. Ali Munir menekankan perlunya tetap menjaga jiwa santri meski tidak dalam lingkungan pesantren. Ia juga menambahkan agar saat di rumah nanti tetap menjaga jiwa santrinya, sehingga tetap berperilaku baik dan menjaga akhlak santri.

“Saya berpesan kalau pas di rumah nanti, jiwa santri itu tetap dijaga. Tidak hanya di pesantren saja tetapi di manapun jiwa santri harus tetap ada, “ ujarnya saat mengisi sambutan.

Bukan hanya itu, Ia juga memberi pesan kepada para santri agar bisa menjawab 2 pertanyaan di manapun santri berada. “Pesan saya, kalau kita bisa menjawab 2 pertanyaan ini, hidup kita akan lebih terarah. Pertanyaan itu adalah apa dan siapa,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa maksud dari “apa” adalah kita sebagai manusia. saat kita bisa menjawab pertanyaan “apa” maka kita bisa membedakan diri kita dari iblis, dari hewan dan setan, sehingga tidak berperilaku seperti mereka.

“Saat kita sadar tentang “apa”, maka saya ini bukan iblis, saya ini bukan hewan, saya ini bukan setan, jadi perilaku yang saya lakukan harus berbeda,” imbuhnya.

Kemudian yang kedua adalah “siapa”. Ia menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan siapa adalah من yaitu muslim dan santri. Saat tahu kita siapa maka sebagai santri kita tidak boleh berbuat macam-macam.

Ketika bisa menjawab hal tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa kita adalah manusia dan santri. Jadi ketika melakukan sesuatu kita akan ingat bahwa santri tidak pantas menyakiti dan membully orang lain.

“Ketika bisa menjawab itu maka kita itu bukan hewan, kita itu manusia . Jadi kalau kita sebrono kita ingat, oo saya ini santri, ketika kita mau membully orang oo saya santri gak boleh membully orang,” jelasnya.

Terakhir, ia mengatakan bahwa perbuatan yang disukai Allah adalah menyenangkan hati orang lain, jadi ketika kita ibadah puasa, salat, dan lain-lain, tetapi menyakiti dan membully orang lain berarti ibadah kita tidak berarti apa-apa.

“Perbuatan yang paling disukai Tuhan adalah perbuatan yang menyenangkan orang lain (idkholus surur). Kalian ibadah puasa tapi menyiksa orang dan membiarkan orang, kalau begitu ibadahnya tidak berarti apa apa,” pungkasnya saat mengakhiri sambutan.

Oleh: Tim Media YPMI Al-Firdaus/Red. Zuu

Tim Media YPMI Al-Firdaus/Nuzulul Qur’an/Doc. Varaz

Share this post!

adminypmialfirdaus

adminypmialfirdaus

Leave a Reply